Saya bertemu dengan seorang teman yang berkeluh kesah disela-sela kegiatan kampus kami yang padat. Tidak biasanya teman saya ini berwajah murung, karna dia selalu dikenal sebagai sosok figur yang selalu ceria setiap harinya. Diapun bercerita tentang relasi dengan pacarnya. Saya pun secara pribadi sudah mengetahui bahwa teman saya ini sudah berpacaran bersama seorang pria sejak tahun 2012. Hubungan mereka sempat putus nyambung beberapa kali karna dari pihak pria kedapatan menjalin hubungan dengan wanita lain tanpa sepengetahuan teman saya ini.
Kejadian itu ternyata berulang lagi dengan permasalahan yang sama. Teman saya ngotot bahwa dia harus lebih sabar dan mengampuni pasangannya. Baginya “saya tidak mau menyerah untuk mempertahankan pasangan saya”. Diapun mengakui kepada saya bahwa hubungan mereka bukan saja sampai ke tahap serius belaka, tapi sudah melampaui hubungan fisik (sex) berkali-kali. Bahkan hubungan badan pertama kalinya adalah bersama pacarnya ini. Hal inilah yang membuat teman saya berusaha keras mempertahankan hubungan dengan pacarnya walau jelas-jelas banyak sekali “tanda-tanda” bahwa pria yang bersamanya bukanlah pria yang tepat.
Mengampuni vs Berhikmat
Banyak sekali khotbah yang saya dengar bahwa dalam sebuah hubungan diperlukan adanya pintu maaf yang dibuka sebesar-besarnya antara kedua pasangan. Tentunya mengampuni ini penting sekali. Tapi apakah dengan berjalannya waktu ada perbahan yang dialami oleh pasangan kita? Bila pola yang sama selalu berulang berkali-kali, mungkin sudah saatnya anda menimbang apakah hubungan ini layak untuk dilanjutkan atau tidak. Di Matius 10:16 Tuhan pun memberikan nasihat kepada kita bahwa kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. It means, kita butuh hikmat ketika ada kasih di dalamnya. Kata salah satu dosen saya di kelas “jangan cinta bodok-bodok”.
Abuse = Cinta?
Oooooh… Come on people! Kini media mulai mempengaruhi generasi kita untuk percaya bahwa pria yang melakukan kekerasan (kekerasan verbal atau tindakan, tidak harus ditampar atau dipukul. Kalau itu mah definisi klasik) adalah tanda bahwa pria itu menyayangi dan ingin menjadi satu-satunya yang memiliki wanita. Well, sapa coba yang mau disiksa seumur hidupnya? Ingat lho, salah memilih pasangan berarti anda sedang memilih membawa neraka ke bumi, bukan surga ke bumi.
Kebanyakan pria yang melakukan abuse bila ditelusuri kisah hidupnya, mereka berasal dari keluarga yang kacau (broken home). Ada kepahitan, ada kepahitan atau luka yang dibawa entah karena sosok ayah ataupun ibu. Bila hal-hal ini tidak dibereskan, tidak diobati, maka akan menjadi kepahitan yang akan diberikan kepada anda sebagai pasangannya ataupun anak kalian kelak.
Sex = Cinta
Sepertinya nonton film, kalau tidak ada adegan kiss atau ranjang pasti tidak seru. Media mempertontonkan bahwa sex menjadi hal yang lumrah, wajar dalam pergaulan anak muda masa kini. Oh really?
Saya bertemu banyak sekali teman-teman yang memutuskan untuk melakukan hubungan sex ketika mereka berpacaran. Dan tahukah teman-teman? Ketika anda melakukan hubungan sex dengan pacar anda, belum tentu pacar anda itulah yang akan setia hingga kalian berdiri di altar gereja dan disahkan menjadi suami istri. Pihak pria tidak begitu terlihat dampaknya namun wanita akan ‘berbekas’. Jangan takut deh jadi perawan tua, di Yeremia 29:11 Tuhan berjanji bahwa Tuhan telah merencanakan masa depan untuk masing-masing kita. So, tidak perlu khawatir. “bagaimana bila saya tidak akan mendapatkan pria yang lebih baik dari dia?” Percayalah bahwa ketiak anda melepaskan hal yang buruk, Tuhan akan menggantikannya dengan hal yang lebih baik. Just be patience.
Hati vs Logika
Wanita memang cenderung lebih dominan menggunakan hati. Bukan berarti semua keputusan harus didasarkan dengan perasaan. Jangan lupa membawa logika dalam setiap pertimbangan yang anda buat. Kadang, ada keputusan-keputusan sulit yang harus anda buat dalam relasi anda. Tapi keputusan tepat itu akan mengarahkan anda untuk menjadi lebih baik. Ingat, cinta seharusnya bukan makin membuat kepala anda pusing tujuh keliling namun bisa membawa damai. Bukan kesenangan sementara, tapi sama-sama berpikir keselamatan yang abadi. Bahkan pepatah juga menasehati kita: follow your heart but take your brain with you.
Sebuah hubungan dilanjutkan dan tidaknya tergantung dari bagaimana anda mengambil keputusan. Ingatlah selalu bahwa jangan pernah takut melepaskan hal yang memberikan dampak negatif ke dalam hidup anda. Karna Tuhan selalu siap memberikan berbagai hal yang baik ketika anda mau melepaskannya.