Apa Yang Saya Pelajari Setelah Menjadi Mentor Lebih dari 5 Tahun

Me and Papua. Captured by Jeni karay
Me and Papua. Captured by Jeni karay

Mentor. Kalau nyari di google nih.. pasti sahabat mendapatkan berbagai definisi atau pengertiannya dari berbagai latar belakang bidang. Mentoring berasal dari bahasa Inggris, yaitu mentor. Yang artinya penasehat. Mentor adalah seorang yang penuh kebijaksanaan, pandai mengajar, mendidik, membimbing, membina, melatih, dan menangani orang lain. Karna itulah kebanyakan, kata mentor acap kali digunakan dalam konteks pendidikan, bimbingan, pembinaan, dan latihan.

Tapi semua definisi tersebut akan berakhir dengan kesimpulan bahwa mentor adalah orang yang membagi hidupnya bersama orang lain. Tujuannya sederhana. Untuk saling belajar dan berkembang dengan semakin bijaksana dan terampil.

Pertama kali menjadi mentor itu.. sejak tahun ke dua di bangku kuliah. Kebetulan, universitas tempat saya mengambil Strata 1 memiliki program pembibingan etika dan rohani yang bisa dipilih secara bebas untuk diikuti. Disitulah saya belajar untuk memahami dan mendalami bagaimana membimbing dan juga berbagi hidup dengan orang lain. Singkat cerita, setelah menyelesaikan bangku pendidikan strata 1, saya balik ke kota asal saya: Jayapura. Disini saya menjadi mentor untuk beberapa teman yang datang kepada saya untuk belajar lebih lagi tentang kehidupan. Hingga saat ini, saya masih dengan aktif menjadi mentor untuk mereka. Setelah lima tahun berlalu, ada berbagai hal yang saya pelajari dalam menjadi mentor:

Mentor Bukanlah Orang Yang Sempurna

No body is perfect. Saya percaya kalimat itu. Penting untuk mengingatkan orang-orang yang berproses bersama kita bahwa tidak ada yang lebih “kudus”, lebih tahu ataupun lebih dalam berbagai hal. Seorang mentor sekali lagi hanyalah manusia. So, pasti juga melakukan kesalahan. Semangat yang dijunjung adalah belajar bersama. Belajar dari kekurangan kita ataupun orang lain. Begitupun dengan kelebihkan yang dimiliki masing-masing orang.

Membagi Hidup

Ingat yang saya tuliskan diatas? Mentor adalah seni berbagi hidup dengan sesama. Hidup disini bukan saja hanya disaat-saat kita berada di puncak kehidupan, tapi juga saat kita berada di titik terendah dalam kehidupan kita. Dari yang paling buruk dalam diri kita sampai dengan yang paling baik. Dari yang diketahui oleh banyak orang hingga yang tersembunyi dalam diri kita. Anyway, membagi hidup juga meliputi membagi waktu walau sesibuk apapun. Bila semuanya sibuk, berarti bisa janjian untuk sharingnya via online messanger ataupun via telfon. Semakin jauh jarak dan rentang waktu yang berbeda, tak ayal menjadi tantangan tersendiri. Kadang harus merelakan waktu untuk kekurangan beberapa jam istirahat untuk dapat berkomunikasi.

Melepas Ego

Saat menjadi mentorlah saya belajar untuk mendahulukan orang lain sebelum diri saya sendiri. Saat menjadi mentorlah saya belajar untuk bekerja bersama orang lain dan tidak begitu individual. Dalam kehidupan saya yang dulu, saya adalah tipe perempuan yang tidak suka mengalah (maklum, anak bungsu), invidual dan tidak suka ketinggalan dalam mengerjakan hal apapun di kampus. Namun setelah saya belajar menjadi mentor hingga saat ini, saya lebih bisa mengalah kepada orang lain dan belajar untuk melangkah maju bersama orang lain. Well, tidak gampang. Kadang merasa terganggu. Kadang juga kalau secara logis,sapa sih yang mau disusahin untuk urusan orang lain? Namun hingga saat ini, karna kasih karuniaNya, saya bisa menjadi diri saya yang lebih baik dan masih terus berproses.

Menjaga Rahasia

Saat menjadi mentor, sahabat akan mendapatkan banyak hal didalam diri orang lain yang secara “lapisan kulit” tidak terlihat. Kelihatannya orang itu baik-baik saja, ceria, dan sebagainya. Namun dibalik segala hal yang tampak diluar,masing-masing orang memiliki titik kelam dalam hidupnya. Bahkan berbagai kejadian tentang pelajaran kehidupan yang belum pernah sahabat bayangkan. Menjaga rahasia menjadi penting dalam proses mentoring. Kepercayaan adalah fondasi utama dalam sebuah proses mentoring. Bila kepercayaan ini tidak dibangun dan dirawat dengan baik, maka jangan bernah berharap orang lain akan mempercayai diri kita untuk membagi hidup mereka.

Kebahagiaan Melihat Orang Lain Bertumbuh

Ini adalah point terakhir yang saya pelajari. Ibarat seperti seorang Ibu yang bangga melihat anaknya lebih bercahaya dalam kehidupan mereka. Setelah bertahun-tahun yang dilalui dengan air mata,isak tangis, kebahagiaan, kegalauan ataupun kedukaan, akan ada masa dimana orang yang kita mentoring mencapai kesuksesan dalam hidup mereka. Entah itu dalam relasi, karir, studi ataupun dalam keluarga mereka. Bagi saya secara pribadi, melihat mereka sukses dalam bidang apapun dalam kehidupan membuat sayapun bersuka cita dengan pencapaian mereka. Bahagia melihat orang yang bertumbuh dan berproses bersama kita menjadi orang yang lebih baik, adalah suatu kebahagiaan untuk membagi hidup bersama orang lain.

Jadi, selama hidup, berbagilah bersama orang lain. Bukan untuk membuktikan dirimu lebih baik dalam segala hal dibandingkan dengan orang lain, tapi untuk saling belajar dan semakin bijaksana dalam menjalani hidup 🙂